MAKALAH
ASUHAN KEPERAWATAN
DENGAN MOLAHIDATOSA
Oleh :
Anik Wijayanti 20120986
Arinta Dwi K 20120987
AKPER
MUHAMMADIYAH KENDAL
2014/2015
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah swt bahwa kami telah menyelesaikan
tugas makalah “ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN MOLAHIDATOSA ” dalam bentuk makalah.
Makalah
ini disusun untuk membantu peserta didik keperawatan khususnya dan perawat pada
umumnyadalam mempelajari konseptual keperawatan.
Dalam
penyusunan tugas atau materi ini tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Kami
merasa masih banyak kekurangan baik dalam teknik penulisan maupun materi,
mengingat akan kemampuan yang dimiliki kami. Namun kami menyadari bahwa
kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan
bimbingan orang tua, sehingga kendala – kendala yang kami hadapi dapat
teratasi.
Oleh
karena itu kami mengucapkan terimakasih kepada :
1. Direktur
Akper Muhammadiyah Kendal
2. Dosen pembimbing Siti Munawaroh, S.Kep,Ns
3. Kedua
orang tua
4. Teman
– teman mahasiswa Akper Muhammadiyah Kendal
Harapan
Kami dengan makalah ini pengetahuan dan interest calon perawat terhadap
kemampuan nelakukan pendekatan asuhan keperawatan terhadap pasien atau klien
bertambah, sehingga para calon perawat lebih siap menghadapi problem
keperawatan secara efisien.
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL halaman
KATA
PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR
ISI.......................................................................................................... iii
BAB
I : PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang........................................................................ v
B. Rumusan
Masalah.................................................................. vi
C. Tujuan..................................................................................... vi
D. Manfaat.................................................................................. vi
BAB
II : KONSEP
DASAR
A. Definisi................................................................................... 1
B. Klasifikasi Molahidatosa........................................................ 2
C. Etiologi................................................................................... 2
D. Patofisologi ............................................................................ 3
E. Manifestasi Klinis................................................................... 5
F. Komplikasi.............................................................................. 6
G. Pemeriksaan Penunjang.......................................................... 6
H. Penatalaksanaan...................................................................... 6
BAB III :
KONSEP ASKEP MOLAHIDATOSA
A.
Pengkajian............................................................................... 8
B.
Diagnosa Keperawatan......................................................... 11
C.
Intervensi Keperawatan........................................................ 11
BAB VI : PENUTUP
A.
Kesimpulan............................................................................. 14
B. Saran....................................................................................... 14
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Hamil mola ialah suatu kehamilan dimana
setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi
terjadi proliferasi dari fili korialis disertai dengan degenerasi hidrofik,
uterus melunak dan berkembang lebih cepat dari usia gestasi tidak dijumpai
adanya janin, kavum uteri hanya terisi oleh jaringan seperti rangkaian buah
anggur. Sampai saat ini penyebab mola tidak diketahui namun faktor-faktor yang
dapat menyebabkan mola antara lain faktor umum. Imuno selektif dari trofoblas,
keadaan sosio ekonomi rendah, paritas tinggi, kekurangan protein, infeksi virus
dan faktor kromosom yang belum jelas. Pada kehamilan mola biasanya terdapat
gejala hamil muda yang kadang-kadang lebih nyata dari kehamilan biasanya, muka
dan badan kelihatan pucat, pembesaran uterus lebih besar dari usia kehamilan,
kadang terjadi perdarahan sedikit atau banyak. Pada pemeriksaan tidak dijumpai
adanya kerangka janin (Pelayanan Kesehatan Maternal Neonatal, Sarwono
Prawirohardjo, 2002). Kehamilan mola 10 x lebih besar terjadi pada wanita usia
45 tahun bila dibanding pada usia reproduksi 20 – 40 tahun. Kejadian mola di
rumah sakit besar di Indonesia kira-kira diantara 80 persalinan (Obstetri
Patologi, bagian obsgin. FK. UNPAD, 1984).
Kehamilan dengan mola dapat menimbulkan komplikasi
antara lain perdarahan syok infeksi sekunder, perforasi dan keganasan (Chorio
Carcinoma). Oleh karena itu perlu diwaspadai mengingat kehamilan ibu
terbanyak disebabkan perdarahan.
Pada kehamilan mola perlu penanganan lebih
intensif, harus segera dilakukan evakuasi jaringan pada trimester awal atau
maksimal usia gestasi 4 bulan. Setelah itu dilakukan kuretase untuk
membersihkan sisa-sisa jaringan pada hari ke 7 – 10 untuk itu diperlukan
kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien sehingga komplikasi yang
akan timbul bisa dicegah dna diatasi.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah :
1. Anatomi
Fisiologi Ginjal
2. Definisi,
etiologi, patofisiologi, gejala klinis dari molahidatosa
3. penatalaksaan,
komplikasi, masalah keperawatan yang mungkin muncul pada molahidatosa
4. perencanaan
asuhan keperawatan dari masalah keperawatan molahidatosa
C.
Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dari penulisan makalah ini yaitu
agar mahasiswa dapat mengetahui tentang asuhan keperawatan molahidatosa
2. Tujuan Khusus:
a.
Mahasiswa mampu menjelaskan definisi,
etiologi, patofisiologi, gejala klinis dari molahidatosa
b.
Mahasiswa mampu menjelaskan
penatalaksaan, komplikasi, masalah keperawatan yang mungkin muncul pada molahidatosa
c.
Mahasiswa mampu melaksanaan
perencanaan asuhan keperawatan dari masalah keperawatan molahidatosa
D. Manfaat
1. Bagi Penulis
Semoga dengan makalah ini diharapkan kami
sebagai mahasiswa dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan mengenai penyebab
serta upaya pencegahan penyakit molahidatosa agar terciptanya kesehatan
masyarakat yang lebih baik.
2.
Bagi Pembaca
Diharapkan agar pembaca dapat mengetahui tentang
molahidatosa lebih dalam
sehingga dapat mencegah serta mengantisipasi diri dari penyakit molahidatosa.
3.
Bagi Petugas Kesehatan dan Institusi Pendidikan
Dapat menambah bahan pembelajaran dan informasi
tentang molahidatosa.
BAB II
KONSEP DASAR
A. DEFINISI
Mola
hidatidosa adalah chorionic villi
(jonjotan/gantungan) yang tumbuh berganda berupa gelembung-gelembung kecil yang
mengandung banyak cairan sehingga menyerupai buah anggur atau mata ikan. Karena
itu disebut juga hamil anggur atau mata ikan (Mochtar, Rustam, dkk, 1998 :
238).
Mola
hidatidosa adalah kehamilan abnormal, dengan ciri-ciri stoma villus korialis
langka, vaskularisasi dan edematus. Janin biasanya meninggal akan tetapi
villus-villus yang membesar dan edematus itu hidup dan tumbuh terus, gambaran
yang diberikan adalah sebagai segugus buah anggur (Wiknjosastro, Hanifa, dkk,
2002 : 339).
Mola
hidatidosa adalah kehamilan abnormal di mana hampir seluruh villi kariolisnya mengalami
perubahan hidrofobik (Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 265).
Mola
hidatidosa adalah kelainan villi chorialis yang terdiri dari berbagai tingkat
proliferasi tropoblast dan edema stroma villi (Jack
A. Pritchard, dkk, 1991 : 514).
Mola
hidatidosa adalah pembengkakan kistik, hidropik, daripada villi choriales,
sdisertai proliperasi hiperplastik dan anaplastik epitel chorion. Tidak
terbentuk fetus ( Soekojo, Saleh, 1973 : 325).
B. Klasifikasi Mola hidatidosa
1.
Mola hidatidosa komplet atau klasik
Mola komplet atau klasik terjadi akibat fertilsasi sebuah
telur yang intinya telah hilang atau tidak aktif. Mola menyerupai setangkai
buah anggur putih. Vesikel-vesikel hidrofik (berisi cairan) tumbuh dengan
cepat, menyebabkan rahim menjadi lebih besar dari uisa kehamilan seharusnya.
Biasanya Mola tidak mengandung janin, plasenta, membran amniotik atau air
ketuban. Darah maternal tidak memiliki plasenta oleh karena itu, terjadi
perdarahan ke dalam rongga rahim dan timbul perdarahan melalui vagina. Pada
sekitar 3 % kehamilan, Mola ini berkembang menjadi koriokarsinoma (suatu
neoplasma ganas yang tumbuh dengan cepat). Potensi untuk menjadi ganas pada
kehamilan Mola sebagian jauh lebih kecil dibanding kehamilan Mola komplek
(Bobak dkk, 2005)
2.
Mola hidatidosa inkomplet atau parsia
Mola inkomplet atau parsia terjadi jika disertai janin
atau bagian janin (Bobak dkk,2005).
Degenerasi
hidropik dari vili bersifat setempat, dan yang mengalami hiperplasi hanya
sinsitio trofoblas saja. Gambaran yang khas adalah crinkling atau scalloping dari
vili dan stromal trophoblastic inclusions.
·
C. ETIOLOGI
Menurut Prof. Rustam
Moechtar dalam bukunya Sinopsis Obstetri, penyebab mola hidatidosa belum
diketahui secara pasti. Faktor-faktor yang mungkin menjadi penyebab adalah:
1. Faktor ovum
Spermatozoon
memasuki ovum yang telah kehilangan nukleusnya atau dua serum memasuki ovum
tersebut sehingga akan terjadi kelainan atau gangguan dalam pembuahan.
2. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
Dalam
masa kehamilan keperluan akan zat-zat gizi meningkat. Hal ini diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan pertumbuhan dan perkembangan janin, dengan keadaan sosial
ekonomi yang rendah maka untuk memenuhi zat-zat gizi yang diperlukan tubuh
kurang sehingga mengakibatkan gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangan
janinnya.
3. Paritas tinggi
Ibu
multipara cenderung beresiko terjadi kehamilan mola hidatidosa karena trauma
kelahiran atau penyimpangan tranmisi secara genetik yang dapat
diidentifikasikan dan penggunaan stimulan drulasi seperti klomifen atau
menotropiris (pergonal).
4. Kekurangan
protein
Protein
adalah zat untuk membangun jaringan-jaringan bagian tubuh sehubungan dengan
pertumbuhan janin, pertumbuhan rahim, dan buah dada ibu, keperluan akan zat
protein pada waktu hamil sangat meningkat apabila kekurangan protein dalam
makanan mengakibatkan bayi akan lahir lebih kecil dari normal.
5. Infeksi virus
Infeksi
mikroba dapat mengenai semua orang termasuk wanita hamil. Masuk atau adanya
mikroba dalam tubuh manusia tidak selalu akan menimbulkan penyakit (desease).
Hal ini sangat tergantung dari jumlah mikroba (kuman atau virus) yang masuk
virulensinya serta daya tahan tubuh.
D. PATOFISIOLOGI
Menurut Cunningham dalam buku Obstetri, dalam stadium pertumbuhan molla
yang dini terdapat beberapa ciri khas yang membedakan dengan kehamilan normal,
namun pada stadium lanjut trimester pertama dan selama trimester kedua sering
terlihat perubahan sebagai berikut:
a. Perdarahan
Perdarahan
uterus merupakan gejala yang mencolok dan bervariasi mulai dari spoting sampai
perdarahan yang banyak. Perdarahan ini dapat dimulai sesaat sebelum abortus
atau yang lebih sering lagi timbul secara intermiten selama berminggu-minggu
atau setiap bulan. Sebagai akibat perdarahan tersebut gejala anemia ringan
sering dijumpai. Anemia defisiensi besi merupakan gejala yang sering dijumpai.
b.
Ukuran uterus
Uterus yang lebih sering tumbuh lebih besar dari usia
kehamilan yang sebenarnya. Mungkin uterus lewat palpasi sulit dikenali dengan
tepat pada wanita nullipara, khusus karena konsistensi tumor yang lunak di
bawah abdomen yang kenyal. Ovarium kemungkinan mempunyai konsistensi yang lebih
lunak.
c.
Aktivitas janin
Meskipun uterus cukup membesar mencapai bagian atas
sympisis, secara khas tidak akan ditemukan aktivitas janin, sekalipun dilakukan
test dengan alat yang sensitive sekalipun. Kadang-kadang terdapat plasenta
kembar pada kehamilan mola hidatidosa komplit. Pada salah satu plasentanya
sementara plasenta yang lainnya dan janinnya sendiri terlihat normal. Demikian
pula sangat jarang ditemukan perubahan mola inkomplit yang luas pada plasenta
dengan disertai dengan janin yang hidup.
d.
Embolisasi
Trofoblas dengan jumlah yang bervariasi dengan atau
tanpa stroma villus dapat keluar dari dalam uterus dan masuk ke dalam aliran
darah vena. Jumlah tersebut dapat sedemikian banyak sehingga menimbulkan gejala
serta tanda emboli pulmoner akut bahkan kematian. Keadaan fatal ini jarang
terjadi. Meskipun jumlah trofoblas dengan atau tanpa stroma villus yang
menimbulkan embolisasi ke dalam paru-paru terlalu kecil untuk menghasilkan
penyumbatan pembuluh darah pulmoner namun lebih lanjut trofoblas ini dapat
menginfasi parenkim paru. Sehingga terjadi metastase yang terbukti lewat
pemeriksaan radiografi. Lesi tersebut dapat terdiri dari trofoblas saja (corio
carsinoma metastasik) atau trofoblas dengan stroma villus (mola hidatidosa
metastasik). Perjalanan selanjutnya lesi tersebut bisa diramalkan dan sebagian
terlihat menghilang spontan yang dapat terjadi segera setelah evakuasi atau
bahkan beberapa minggu atau bulan kemudian. Sementara sebagian lainnya mengalami
proloferasi dan menimbulkan kematian wanita tersebut bila tidak mendapatkan
pengobatan yang efektif.
e.
Disfungsi thyroid
Kadar tiroksi plasma pada wanita dengan kehamilan mola
biasanya mengalami kenaikan yang cukup tinggi, namun gambaran hipertiroidisme yang
tampak secara klinik tidak begitu sering dijumpai. Amir dkk (1984) dan Curry
dkk (1975) menemukan hipertiroidisme pada sekitar 2% kasus kenaikan kadar
tiroksin plasma, bisa merupakan efek primer estrogen seperti halnya pada
kehamilan normal dimana tidak terjadi peningkatan kadar estrogen bebas dan
presentasi trioditironim yang terikat oleh resin mengalami peningkatan. Apakah
hormon tiroksin bebas dapat meninggi akibat efek mirip tirotropin yang
ditimbulkan oleh orionik gonadotropin atau apakah varian hormon inikah yang
menimbulkan semua efek tersebut masih merupakan masalah yang controversial
(Amir, dkk, 1984, Man dkk, 1986).
f.
Ekspulsi spontan
Kadang-kadang gelembung-gelembung hidatidosa sudah
keluar sebelum mola tersebut keluar spontan atau dikosongkan dari dalam uterus
lewat tindakan. Ekspulsi spontan paling besar kemungkinannya pada kehamilan
sekitar 16 minggu. Dan jarang lebih dari 28 minggu.
E. MANIFESTASI KLINIS
1. Amenore dan tanda-tanda kehamilan.
2. Perdarahan pervaginam berulang.
Darah cenderung berwarna coklat. Pada keadaan lanjut kadang keluar gelembung
mola.
3. Pembesaran uterus lebih besar dari
usia kehamilan.
4. Tidak terabanya bagian janin pada
palpasi dan tidak terdengarnya BJJ sekalipun uterus sudah membesar setinggi
pusat atau lebih.
5. Preeklampsia atau eklampsia yang
terjadi sebelum kehamilan 24 minggu.
(Mansjoer, Arif, dkk, 2001 : 266)
F. KOMPLIKASI
Menurut Mansjoer dkk (2005) komplikasi yang
dapat terjadi padapenderita Mola hidatidosa adalah :
1.
Anemia
2.
Syok
3.
Infeksi
4.
Eklampsia
5.
Tirotoksikosis
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Menurut Mansjoer dkk (2005) pada Mola
hidatidosa antara lain:
1. Pada
tes Acosta Sison dapat dikeluarkan jaringan Mola,
2.
Pada tes Hanifa Sonde dapat
masuk tanpa tahanan dan diputar 3600 dengan deviasi sonde kurang
dari 100,
3.
Peningkatan kadar beta Hcg
darah atau urin,
4.
Ultrasonografi menunjukkan
gambaran badai salju (snow flake
pattern),
5.
Foto toraks pada gambaran
emboli udara,
6.
Pemeriksaan T3 dan
T4 bila ada gejala
tirotoksikosis.
H. PENATALAKSANAAN
1. Perbaiki keadaan umum
2. Keluarkan jaringan mola dengan vakum
kuretase dilanjuttkan dengan kuret tajam. Lakukan kuretase kedua bila tinggi
vundus uterus lebih dari 20 minggu sesudah hari ke tujuh.
3. Untuk memperbaiki kontraksi,
sebelumnya berikan uteronik (20-40 unit oksitosin dalam 250 cc darah atau 50
unit oksitosin dalam 500 ml NaCL 0,9%). Bila tidak dilakukan vakum kuretase,
dapat diambil tindakan histerotomi.
4. Terapi profilaksis dengan sitostatik
metotreksat atau aktinomisin D pada kasus dengan resiko keganassan tinggi
seperti umur tua dan paritas tinggi
5. Pemeriksaan ginekologi, radiologi,
dan kadar beta hCG lanjutan untuk deteksi dini keganasan. Terjadinya proses
keganasan bisa berlangsung antara 7 hari sampai 3 tahun pasca mola, yang paling
banyak dalam 6 bulan pertama. Pemeriksaan kadar beta hCG tiap minggu sampai
kadar menjadi negatif selama tinga mminggu lalu
tiap bulan selama 6 bulan. Pemeriksaan foto toraks tiap bulan sampai
kadar beta hCG negatif.
6. Kontrasepsi, sebaiknya diberikan
preparat progesteron selama 2 bulan.
(Arif Mansjoer, dkk, 2001 : 266)
BAB
III
KONSEP
KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
Menurut
Doenges, 1999. Pengakajian focus yang mungkin terjadi pada pasien Molahidatosa
yaiutu sebagai berikut :
1. Sirkulasi
Perdarahan yang berlebihan dapat mengakibatkan
kekurangan volume cairan dalam tubuh. Sehingga sirkulasi darah dalam tubuh
terganggu, serta dapat mengakibatkan Syok hipovolemik.
2.
Integritas ego
Dapat mengekpresikan perasaan ade kuat
3.
Makanan / Caran
Penambahan
berat badan mungkin tidak sesuai dengan masa gestasi (penambahan yang lebih
kecil dapat berakibat negative bagi janin). Diabetes dependin insulin pada ibu.
Adanya gangguan pola makan (missal: anoreksia nervosa, bulimiua, atau obesitas)
4. Keamanan
Infeksi (missal: penyakit hubungan
kelamin [PHS], penyakit inflamasi pelvis). Adanya gangguan kejang, derajat /
metode kontrol. Pemajanan bermakna pada radiasi, Kimia
toksin, atau infeksi taratogen (missal: rubella, toksoplasmosis,
sitomegalovirus, human immunodeficiency virus / AIDS dan PHS lain, infeksi
pasacanatal. Presentasi bokong (khususnya pada anensefali)
5.
Seksualitas
Riwayat pernah melkaukan aborsi dua kali atau lebih pada
trisemester pertama, kematian janin, atau anak dengan abnormalitas kromosom.
Trauma kelahiran atau penyimpangan transmisi secara genetic yang dapat
diidentifikasi. Penggunaan stimulant ovulasi seperti klomifen atau menotropins
(pergonal)
6.
Interaksi sosial
Pernikahan antar keluarga (konsanguinitas). Rasa bersalah /
menyalahkan diri sendiri atau pasangan yang membawa gen degatif
7.
Penyuluhan / pembelajaran
Riwayat keluarga yang positif diketahui ada penyimpangan genetic
atau penyimpangan keturunan (missal: sel sabit, fibrosis, kistik, hemophilia,
phenilketonuria, cacat kraniospinal, malformasi ginjal, talasemia, korea
huntintong), penyimpangan pada keluarga (kaknker, penyakit jantung, diabtes,
alergi) abnormalitas congenital ( sindrom down, retardasi mental, kerusakan
tuba neural) atau penyimpangan metabolic bawaan dari lahir (missal: penyakit urin sirup maple, penyakit
tay sachs)
Latar belakang etnik pada
resiko penyimpangan khusus (misal: black African, mediteranian, ashkenezis
jewish. Penggunaan obat (alcohol, obat bebas, diresepkan atau obat jalanan,
antikonvulsan.
PATHWAYS
MOLA HIDATIDOSA
|
Ovum yang sudah atropi, sosial ekonomi
yang rendah (kekurangan gizi), infeksi
|
virus, parietas yang tinggi,
imunoselektif dari trofoblast
|
Hasil pembuahan dimana embrionya mati
pada umur 3 – 5 minggu
|
Pembuluh darah villi tidak berfungsi
|
Penimbunan cairan di dalam jaringan
chorialis
|
Perdarahan yang terus menerus
|
Pre Curetage
|
Curetage
|
Kehilangan
|
cairan darah
|
yang banyak
|
Psikologis
|
Fisik
|
Perdarahan
|
Nyeri
|
Resti Infeksi
|
Perlukaan jalan lahir
|
< pengetahuan
|
Kekurangan volume
|
darah atau cairan
|
Cemas
|
Resti Syok Hipovolemik
|
Perubahan volume
|
cairan
|
Lemah
|
Kehilangan darah
|
Kurang perawatan diri
|
|
Resti Syok
|
Hypovolemik
|
B.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN
Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul pada pasien
molahidatos adalah sebagai berikut :
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
berlebihan
2. Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot atau dilatasi serviks
3. Cemas berhubungan dengan dengan kematian pada diri sendiri
C.
INTERVENSI KEPERAWATAN
1.
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan vaskuler
berlebihan ditandai dengan hipotensi, peningktan frekuensi nadi, penurunan
urine.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Evaluasi, laporkan, dan catat
jumlah serta sifat kehilangan darah
Lakukan tirah baring, instruksikan klien untuk menghindari
valsava manever koitus
Posisikan klien dengan tepat dan nyaman ,terlentang
Catat TTV
Pantau aktivitas uterus dan nyeri tekan abdomen
|
Perkiraan kehilangan darah
membantu membedakan diagnosa
Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas peningkatan
tekanan atau abdomen atau orgasme
Menjamin keadekuatan darah yang tersedia dalam otak
Membantu menentukan beratnya
kehilangan darah
Membantu menentukan sifat hemoragi dan kemungkinan hasil dan
peristiwa hemoragi
|
Kriteria hasil : mendemonstrasikan kestabilan / perbaikan
keseimbangan cairan
2.
Nyeri berhubungan dengan kontraksi otot atau dilatasi serviks
ditandai dengan melaporkan nyeri dan perilaku disfraksi
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Tentukan sifat,
lokasi dan durasi nyeri
Kaji
stress psikologi / pasangan dan respon emosional terhadap kejadian
Berikan
lingkungan yang tenang dan aktivitas untuk mengalihkan rasa nyeri
Kolaborasi untuk tindakan
curetage bila diindikasikan
|
Membantu dalam diagnose dan memilih
tindakan
Ansietas
sebagai respon terhadap situasi darurat dapat memperberat derajat
ketidaknyamanan
Dapat membantu
dalam menurunkan tingkat asietas dan karenanya mereduksi ketidaknyamanan
Untuk menghilangkan nyeri
|
Kriteria
hasil : melaporkan nyeri / ketidak nyamanan hilang / terkontrol
3. Cemas
berhubungan dengan dengan kematian pada diri sendiri ditandai dengan
pengungkapan khusus, peningkatan ketegangan stimulasi simpatis.
Kriteria
hasil : melaporkan / menunjukkan berkurangnya ketakutan atau hasil perilaku
yang menunjukan ketakutan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Diskusikan situasi dan pemahaman tentang situasi dengan klien
atau pasangan
Pantau
respon verbal dan non verbal klien
atau pasangan
Dengarlah
masalah klien dan dengarkan secara aktif
Libatkan klien dalam perencanaan dan berpartisipasi dalam
perawatan sebanyak mungkin
Jelaskan
prosedur dan arti gejala – gejala
|
Memberikan
informasi terhadapa apa yang terjadi
Menandakan
tingkat rasa takut yang berlebihan yang sedang dialami
klien atau pasangan
Meningkatkan rasa control terhadap situasi dan memberikan
kesempatan pada klien untuk mengembangkan solusi diri
Menjadi mampu melakukan sesuatu untuk membantu mengontrol
situasi menurunkan rasa takut
Pengetahuan dapat membantu menurunkan rasa takut dan
meningkatkan rasa kontrol terhadap
situasi
|
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pada wanita yang mengalami Mola
hidatidosa sering mengalami mual muntah akibat produksi Hcg yang tinggi. Produksi ini meningkat
disebabkan pembesaran uterus yang abnormal lebih besar daripada pembesaran
uterus biasanya. Sehingga menyebabkan distensi rahim yang bisa menyebabkan mual
muntah pada penderita Mola hidatidosa. Selain itu perdarahan yang abnormal saat
usia kehamilan masih muda, dapat menyebabkan resiko tinggi infeksi. Resiko
infeksi harus segera diatasi untuk menghindari gejala infeksi yaang dapat
membahayakan bagi keselamatan wanita tersebut. Perlu pengetahuan ibu tentang
beberapa gejala penyakit yang dapat menyerang ibu hamil saat berada pada usia
kehamilannya yang masih baru tau berada pada Trimester 1.
B. Saran
Penulis memberikan saran untuk ibu yang
sedang hamil agar intensif dalam melakukan
pemeriksaan kandungannya. Hal ini dilakukan untuk mengetahui ada atau
tidak adanya gejala patologis yang sering terjadi saat sedang mengandung.
Apabila terjadi gejala patologis, ibu harus cepat melaporkan kepada pelaku
medis agar tidak terjadi komplikasi lain pada kandungannya. Pelaku medis
khususnya perawat harus memiliki sikap
profesionalisme dalam bekerja dan mampu melakukan asuhan keperawatan secara
tepat kepada ibu yang terdeteksi adanya
kelainan seperti penderita Mola hidatidosa.
DAFTAR
PUSTAKA
JNPKKR-POGI. (2000). Buku acuan nasional pelayanan
kesehatan maternaldan neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
Carpenito, Lynda, (2001), Buku Saku
Diagnosa Keperawatan, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
Mansjoer, A., et.al. (1999). Kapita selekta
kedokteran. Edisi III. Cetakan 2.Jakarta : Media Aesculapius.
Marilynn E.Doengoes. (2000). Rencana asuhan
keperawatan : pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
perawatan pasien. Edisi 2. Jakarta : EGC.
Wiknjosartro, Hanifa. 2005. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Tidak ada komentar:
Posting Komentar